cersil online pahlawan harapan

E cersil.. Baca cerita silat online pahlawan harapan karya thang fei di sadur oleh ohg

Ini adalah halaman untuk membaca cersil mandarin karya thang fei yang berjudul pahlawan harapan, untuk membaca cersil mandari lainnya silahkan klik tags cersil mandarin di atas...

"Jilid 1
Bunga mekar indah dan harum semerbak tersiram hujan
rintik-rintik dimusim semi. Inilah musim semi di daerah
Kang Lam (selatan).
Beberapa desa yang terbenam dalam kesunyian terletak
dilereng-lereng gunung Thian Bok, kini dalam remang
remang diliputi kabut putih dan hujan gerimis. Jalanan
jalanan kecil di desa menjadi licin tak terhingga. Sedikit
saja orang kurang hati hati berjalan akibatnya dapat jatuh
jungkir balik.
Pada saat yang demikian inilah tampak seorang 'pemuda,
dengan memikul keranjang tahu. Ke luar dari desa kecil ini.
Ia berjalan dengan hati hati dan cermat, namun setelah
semua rumah-rumah dilaluinya. Segera dibentangkan
kemahirannya. Dengan kedua tangan bertulak pinggang
dan pikulan bergelantungan di bahu kiri. Mulailah ia berlari
bagaikan terbang! Dalam keranjang pikulannya terdapat
banyak piring mangkok, anehnya sedikit suara bentrokan
pun tak terdengar! Seolah olah ia berjalan di atas tanah
datar yang rata. Pemuda tersebut agaknya bergirang.
Sewaktu waktu ia menindak dua langkah-dua langkah, di
sela loncatan-loncatan sejauh tiga langkah dengan
indahnya. Sebentar merendak perlahan-lahan kemudian
cepat bagaikan kuda kabur. Kemudian kakinya diangkat
sebelah berjingkai-jingkai meloncat - loncat menotol bumi.
Cara berganti cara, ketenangan tetap terpelihara. Dengarlah
sedikit gesekan piring dan mangkok tetap tak terdengar!
Pemuda itu berdiam di lereng sebuah bukit kecil yang
jauh kurang lebih sepuluh lie dari desa tersebut. Setiap pagi ia datang ke desa itu untuk berjualan, dan pulang pada
senja hari. Walaupun dalam keadaan mendung serta hujan
gerimis. Sedikitpun tak dihiraukan, sebaliknya keadaan
alam yang demikian itu sangat digemari dan
menggembirakan.
Pemuda itu tibalah di kaki sebuah bukit, dan langsung ia
menuju ke sebuah gubuk reyot, yang terpencil jauh dari
mana mana. Dengan perlahan lahan didorong pintunya,
serta diiringi suara memanggil "ibu". Asap lilin dan dupa mengepul dari meja
sembahyang Sesajian berupa ayam.
bebek dan ikan terletak di meja. pemuda itu menjadi
tercengang menyaksikan itu semua.
Ia nampak ibunya dengan pakaian rapi dan wajah
tenang. Membayangkan wajah usia limapuluh tahunan.
Rambut putih menghias di kepala. Tetapi semangat dan
jasmaninya tetap memancarkan kesehatan yang terpelihara
baik. Hari ini kedua mata ibunya bercahaya bening, serta
melukiskan perasaan sedih yang tak dapat disembunyikan.
Agaknya ada satu peristiwa yang terjadi di luar dugaan. Ia
hendak bertanya, untuk menghilangkan rasa herannya.
"Anakku ke sinilah! Bersujudlah di depan meja
sembahyang dari arwah mendiang ayahmu. Berilah
hormatmu!" ibunya mendahului berkata.
Pemuda itu berkata diliputi keheranan dan tidak
mengerti. Ia maju ke depan sambil berlutut dengan
sujudnya.
Sang ibu dengan senyum terhibur, memandang
puteranya yang tahu peradatan dan kesopanan itu dengan
puas.
"Anakku, berapa usiamu tahun ini?"
"Duapuluh tahun bu."
"Anakku dengarlah aku akan menuturkan kisah sedih dan penasaran dari mendiang ayahmu. Hal ini sudah delapan
belas tahun lamanya kusimpan di dalam dada. Hari ini
adalah ulang tabun kedelapan belas dari kebinasaan
ayahmu. Pada tahun-tahun yang lalu hal ini tidak
diperingati. Kini waktunya sudah tiba. Dengarlah baik-baik,
selak-seluk dari kisah dan kehidupan ayahmu. Penuturan ini
adalah yang sebenar benarnya."
"Nah! Tutuplah pintu itu terlebih dahulu."
Dengan membalik badan pemuda itu segera merapatkan
pintu itu. Pada detik itulah terdengar seruan 'Awas'
menyusul desiran angin halus dari tiga senjata rahasia yang
3
menyerang ke tiga jurusan! Gerakan lincah dan tangkas
dibuatnya. Pemuda itu menotol kan kedua ujung
kakinya.Badannya merapung ke udara setinggi beberapa
tumbak, secepat kilat tubuh itu berputar di udara. Baca selengkapnya melalui link di bawah.